Warung Bebas

Saturday, January 28, 2012

Aku Pelacur, tapi Bukan Wanita Panggilan

Cerpen: Aku Pelacur Tapi Bukan Wanita Panggilan

Pelacur dan Wanita Panggilan

Jangan membayangkan sosokku seperti pelacur pada umumnya, yaitu dengan pakaian sexi dan menggoda, aku berpenampilan sangat sopan dan tampak sangat religi, aku juga tidak akan bisa di temukan di panti pijat atau di rumah bordil, carilah aku di rumah ibadah di sebuah gereja, karena aku aktivis di sana, dan aku juga ikut bergabung dengan anggota paduan suara dan selalu menyanyikan lagu-lagu demi kemuliaan Tuhan, tapi sebetulnya itu hanya caraku menutupi identitasku dimata komunitasku.

Tak seorangpun yang tahu bahwa aku seorang pelacur, kecuali aku dan Tuhan. Aku sangat rapat menyimpan profesiku ini. Dan aku juga tidak menjual diriku pada sembarang orang, aku sadar betul resiko ketularan penyakit kelamin dan lebih bahaya lagi penyakit aids. Aku hanya mau tidur dengan laki-laki baik-baik yang riwayat hidupnya bersih dan tergolong suami setia, tentu laki-laki itu harus laki-laki yang banyak uangnya dan tidak pelit, sehingga dia tidak akan segan-segan mengeluarkan isi dompetnya beberapa lembar untukku setelah puas menikmati pelayanannku.

Bagaimana aku menjerat korbanku? Begitu mungkin pertanyaan anda sekalian.

Aku akan mencari teman-teman lamaku di jejaring sosial yang sedang trend saat ini, yaitu facebook, biasalah aku lalu berbagi kabar berita, kami bercerita tentang aktivitas kami dan aku akan dengan senangnya berbagi cerita tentang aktivitasku dan kisah hidupku yang aku ceritakan setragis mungkin, sehingga menimbulkan belas kasihan.

Aku akan bercerita bagaimana aku kehilangan suamiku dan bagaimana aku membesarkan Indira anak gadisku seorang diri. Lalu aku akn menceritakan bisnis yang sedang aku jalani, yaitu menjadi suplier kebutuhan kantor, dari teman-teman lamaku itu aku minta dicarikan peluang di perusahaan mereka atau teman-teman mereka, barangkali ada yan bisa memasukkan aku menjadi salah satu suplier di kantor mereka.

Dari perkenalan seperti ini, barulah aku bisa meneliti calon korbanku, bisa temanku yang mengenalkan aku atau bisa juga teman dari temanku yang akan bekerjasama denganku.

Biasanya obrolan ku awali dengan bertanya tentang kegiatannya, kesehariaannya, keluarganya, lalu akupun mulai bercerita tentang kehidupanku, perjuanganku membesarkan anak gadisku Indira, bagaimana Bapaknya Indira meninggalkan kami,tentu saja aku bercerita dengan sedikit menitikkan air mata. Kalau laki-laki itu sepertinya mudah jatuh kasihan aku akan terus menangis sampai dia mengulurkan tangannya untuk memelukku dan selanjutnya aku akan membuatnya tak lagi mampu melepaskan aku. Obrolanpun kami lanjutkan ke kamar hotel, dan sebelum laki-laki itu merapikan bajunya, dia akan menyerahkan beberapa lembar rupiah berwarna merah, atau kalau aku sedang beruntung aku bisa mendapatkan beberapa lembar dolar:

”untuk Indira.” Begitu kata mereka biasanya sambil menyerahkan beberapa lembar rupiah berwarna merah.

Begitulah kira-kira cara kerjaku.
Tapi bukan berarti aku selalu berhasil menjerat korbanku, pernah suatu ketika aku kembali berjumpa dengan teman masa remajaku di Face book, temanku ini berasal dari keluarga baik-baik dan berada, dan aku dengar dia juga sekarang menjadi seorang yang cukup berhasil dalam berkarir, dia mempunyai jabatan penting di sebuah BUMN dan punya keluarga yang bahagia, kehidupan rohaninyapun sangat bagus. Laki-laki seerti inilah yang sangat aku sukai untuk aku jadikan korban pemuas nafsu sekaligus sumber penghasilan.

Kebetulan lagi dia masih terhitung kerabat denganku, kerabat jauhlah.

Singkat cerita,lewat facebooklah kami akhirnya menjalin komunikasi lagi, bertukar nomor HP, dan berjanji untuk bertemu di Ancol pada suatu waktu untuk membicarakan bisnis tentu saja. Aku berharap dari sini pertemuan akan berlanjut kekamar hotel dan beberapa lembar rupiah akan keluar dari dompetnya untukku atau mungkin dia akan menanyakan nomor rekeningku dan akan menstranfer sejumlah angka untuk membayar pelayananku.

Pria ini sudah hampir terjerat dengan perangkapku, dia jatuh kasihan padaku, karena mendengar kisah hidupku dan malah sepertinya hampir jatuh cinta padaku, kesempatan ini benar-benar tidak akan aku sia-siakan, lewat statusku di Face book aku selalu menggambarkan kisah kasih kami dan perasaanku padanya. Syair-syair lagu yang hampir mirip dengan kisah kami selalu aku jadikan status di FB-ku, berharap laki-laki itu akan membacanya dan makin jatuh cinta padaku.

Harapanku hampir berhasil ketika suatu ketika aku menerima telp dari seorang perempuan, bersuara merdu.

“Dengan Paulina?” Sapanya dari seberang sana.
“Ya…,” Aku menjawab setengah ragu-ragu.
“Aku Istrinya Lee, bisa kamu berhenti menelephone suami saya?” Katanya tegas tapi tanpa nada marah.
“Apa hakmu melarang aku menelephone, aku berhak menelephone siapa saja yang aku mau?” Kataku sengit.

“Kamu memang berhak menelephone siapa saja yang kamu mau, tapi itu bukan suamiku, apalagi hal itu kamu lakukan hampir tiap hari dengan durasi hampir satu jam, dan pada jam-jam kerja, yaitu sekitar pukul 10.00 s/d. 11.30, itu tentu aja sangat menganggu kinerja suamiku yang sedang mencari nafkah untuk anak dan istrinya, kalau sampai sumaiku di pecat dari tempat kerjanya apa kamu mau tanggung jawab Paulina?” Tanyanya telak. Aku terhenyak di tempat dudukku, tapi aku masih ingin membela diri.

“Sebaiknya kamu jangan terlalu curiga dech, suamimu itu masih ada hubungan saudara deganku. “ Kataku mencoba untuk menerangkan.

“Saudara? Saudara yang bisa diajak bercinta? Begitu maksudmu Paulina? Aku sangat tahu siapa dirimu Paulina, selain kamu pernah hampir dipenjara gara-gara kasus penipuan, sepak terjangmupun aku sangat tahu, mungkin kamu bisa bersembunyi dari banyak orang tentang siapa dirimu, tapi tidak dari aku Paulina, dan kamu harus tahu bahwa suamiku, aku pastikan tidak akan menjadi korbanmu berikutnya.” Klik…telp ditutup, meninggalkan aku yang bengong di tempat dudukku, serta seribu tanya di kepalaku, dari mana wanita itu tahu banyak tetang aku? Sampai dia tahu persis daftar pria yang pernah tidur denganku, tidak semua memang, tapi dia tahu sebagian besar, membuatku sama-sekali tidak bisa menjawab, dia juga tahu bagaimana trik-trikku menjerat korbanku dengan sangat mendetail dan tepat.

Sejak itu, aku tak lagi pernah mendengar kabar tentang calon korbanku itu, Hpnya susah di hubungi, FB-nya tak lagi aktive seperti dulu. Aku benar-benar kelabakan dan juga penasaran….
Ehm…..karena aku gagal menjerat kobanku kali ini, mungkin anda bisa menjadi korban selanjutnya….maka inilah kisah hidupku.
Namaku Paulina, aku lahir dari sepasang suami istri yang menikah tanpa restu orang tuanya, nenek dan kakekkku, dari kawin lari inilah terlahir aku.

Aku memiliki 2 orang anak gadis, anak pertamaku lahir, karena hubunganku dengan pacarku sebelum kami menikah, setelah tahu aku hamil, pacarku berniat menikahiku, tapi malang tak dapat di tolak dia mengalami kecelakaan dan meninggal sebelum sempat menikahiku.

Anak ke – 2 ku berumur sekitar 10 tahun, hasil pernikahanku dengan suamiku yang meninggalkanku begitu saja ketika usia Indira baru 2 tahun, aku tidak tahu dimana laki-laki itu kini berada, sebetulnya aku tidak terlalu menyalahkan bapaknya Indira yang meninggalkanku, dia pergi karena mendapati aku telah tidur dengan laki-laki lain di salah satu ruangan sekretariat gereja saat aku menjadi panitia pariwisata yang diadakan gerejaku, Bapaknya Indira mengrebek kamar itu dan mendapatiku tengah mereguk kenikmatan bersama laki-laki lain. Sejak hari itu dia pergi entah kemana, tanpa kabar berita. Aku memang liar, tapi aku membungkus keliaranku dengan bersikap sok relegius, aktive di gereja sebagai tim paduan suara, rajin menenteng kitab suci kemana-mana, hapal di luar kepala ayat-ayat kitab suci.

Ciri-ciri fisikku yang mudah dikenali adalah mataku sipit, kulitku putih, tapi aku bukan keturunan Cina, aku sedikit agak gemuk, dengan pipi agak tembem, aku sangat suka memakai baju kebaya dan sarung untuk pergi ke gereja dan aku sangat suka memakai celana dan blus resmi untuk acara-acara tertentu.

O…ya keningku sudah sedikit berkerut, karena aku yang lahir pada tangal 22 Mei saat ini sudah berusia 43 tahun, cukup tua, tapi aku masih PD untuk beraksi mencari korban yang bisa aku ajak tidur dan mereguk kenikmatan dunia.
Akulah Paulina, aku seorang pelacur, tapi aku bukan wanita panggilan, karena aku tidak menerima panggilan untuk melayani tamuku, akulah yang memilih siapa yang bisa tidur denganku.


Penulis: Emily Wu
Cerita Pendek: Aku Pelacur, tapi Bukan Wanita Panggilan

0 comments em “Aku Pelacur, tapi Bukan Wanita Panggilan”

Post a Comment