Warung Bebas

Monday, January 16, 2012

Penyaliban atau Sandiwara Penyaliban

Kekurangan Bahasa
Setiap kata adalah gambaran baku dari apa yang diwakilinya. Jika kita mengambil satu kata dan merenungkannya, kita akan bisa melihat atau menggambarkannya dalam pikiran kita. Cobalah - "kapal", Anda akan melihat kapal dalam pikiran Anda, "tas tangan", Anda akan melihat tas tangan dalam pikiran Anda, "rokok", Anda akan melihat sebatang rokok dalam pikiran Anda. Tetapi kita berbicara lebih cepat sehingga kita bisa memahami kata-kata sebagai ide, pikiran dan konsep. Kata-kata adalah alat untuk menyampaikan pe-san. Makin banyak kata-kata, makin jelas dan mudah komunikasi. Tetapi kata-kata yang salah bisa merusak ide.

Bahasa CUL-DE-SAC
Bahasa Arab sangat kaya akan berbagai pikiran dan konsep spritual, sedangkan bahasa Inggris lebih kaya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi bahasa Inggris ini mengecewakan saya. Sepertinya tidak ada kata kerja untuk menggambarkan usaha yang belum selesai, contoh-nya:

1. Seorang laki-laki dibawa ke tiang gantungan, sebagai perampok dia dijatuhi hukuman mati, tetapi takdir mengatakan lain dan dia mendapat penangguhan hukumannya sebelum dia mati. Dua puluh tahun kemudian, orang ini meninggal karena tenggelam. Kita ingin satu kata kerja untuk menjelaskan pada kita apa yang telah terjadi - apakah orang ini "digantung" atau apa yang terjadi? Bukan tidak digantung. Kita hanya ingin satu kata kerja ...?
2. Seorang yang lain dibawa ke kursi listrik sebagai hukuman: Dia diikat di kursi, dan tombol kursi dinyalakan. Aliran listrik mengalir ke tubuh laki-laki ini tetapi kekuatan arus listrik ini tidak cukup kuat. Orang itu segar kembali dan sebelum aliran listrik yang lebih kuat lagi dihidupkan kembali dia mendapat penangguhan hukuman. Beberapa hari kemudian, laki-laki ini meninggal karena kecelakaan sepeda motor. Bagaimana akhirnya? Apa yang terjadi padanya di kursi listrik itu? Apakah dia dihukum mati dalam aliran listrik? Satu kata ...?
3. Yosephus, seorang ahli sejarah berkebangsaan Yahudi, mencatat dalam bukunya "Antiquities" (barang-barang antik), tentang penyaliban dimana dia ikut serta sebagai orang yang 'disalib' dan kemudian diturunkan dari kayu salib. Selamat! Apakah yang terjadi padanya di kayu salib? Apakah dia disalib? Seseorang yang tidak mati karena disalib, tetapi ada usaha untuk menyalibnya, apakah dia disalib? Satu kata ...?


Cerita Salib yang Berlimpah-limpah
Orang bisa saja mengatakan bahwa peristiwa di atas adalah kasus hipotesa. Tetapi kita sedang membuat sejarah. Lihat halaman 454, sebuah copy dari Weekend World tanggal 3 Agustus 1969. Mr Pieter Van der Bergh, seorang pengacara, "disalib" dengan "sukarela", hanya untuk mencari sensasi. Dia mengatakan bahwa dia ingin membuktikan bahwa "Seseorang bisa menguasai tubuhnya sendiri". Dia diletakkan di kayu salib dan menjalani semua proses penyaliban. Untuk mengalahkan penyaliban di Golgotha, dia memakai "sebuah paku 18 inchi yang menembus pahanya" (lihat gambar hal. 484). laki-laki ini masih hidup. Apakah dia disalib? Satu kata ...? tidak ada kata seperti itu dalam bahasa Inggris.

Ketika orang-orang Yahudi berulang-ulang meminta pada Pilatus - "Salib dia! Salib dia!" (lukas 23: 21, Yohanes 19: 6), maksud mereka bunuh dia di atas kayu salib - disalib. "bunuh" dia! Tidak hanya "dibawa" ke atas kayu salib! Dan jika setelah upacara tersebut, seperti pada Mr. Van der Bergh, laki-laki itu tidak mati karena disalib, apa yang akan Anda katakan tentang peristiwa ini? Apa kata kerja yang akan Anda gunakan jika Anda tidak mempunyainya dalam bahasa Anda?

Kekurangan Ganda
Seorang Afrika Selatan yang berbahasa Inggris dan teman-teman Amerikanya, mengakui (Dari buku - The IsIam Debate): "Jika kata menyalib hanya berarti membunuh di atas kayu salib, kita kehilangan kata kerja lain untuk meng-gambarkan kegiatan memancang di atas kayu, memalukan sekali. (mengapa mereka tidak menulis "menyalib" di dalam tanda kutip?) Mereka mengolok-olok saya untuk menutupi kekurangan dalam bahasa mereka dan ketidakmampuan untuk mencari kata yang cocok.

Dengan semua "yang ada dalam Roh Kudus", dunia Kristen telah gagal mencetak sebuah kata kerja yang sesuai untuk menggambarkan "keadaan ketika diikat di kayu salib". Segera, saya akan membawa mereka keluar dari kesalahan mereka, Insya Allah!, sebelum bab ini selesai. Jika orang Kristen berkata, "Jika kata menyalib hanya berarti membunuh ... , maka apa arti lain dari menyalib?

Kamus Oxford yang terkenal di seluruh dunia mendefinisikan menyalib sebagai membunuh dengan cara mengikat pada sebuah salib." (lihat pada hal. 448 untuk mendapatkan gambar yang lebih jelas (fasten).

Para penulis The IsIam Debate (Perdebatan Islam) dari sekte "born-again" tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, jadi saya akan mencoba menyelesaikannya bagi mereka!

"Penyaliban" Sekarang Hanya Untuk Sensasi
Selalu ada yang baru yang datang dari negeri Timur. Sekarang di Timur Jauh, seorang warga Philipina telah mengembangkan kegemaran baru tentang "penyaliban"! Mereka ingin mengikuti jejak Yesus, (lihat hal. 431). Suatu copy dari Sunday News di Daressalaam tanggal 3 May 1981, mela-porkan "penyaliban" ganda di Philipina. Paling tidak 7 kasus "penyaliban" dilaporkan oleh wartawan lokal. Mungkin ada lebih banyak lagi penyaliban yang luput dari wartawan. Di antaranya ada Luciana Reyes yang digambarkari sebagai "wanita pertama yang menjalani upacara ritual penyaliban!"

Penambahan yang baru dari penyaliban ini adalah bahwa tangan-tangan mereka dipaku di kayu salib.

Penyaliban Atau Sandiwara Penyaliban
Tak ada seorang pun yang mati karena "penyaliban"! (disalib). Satu di antara mereka pingsan. Laki-laki lain bangun dan merokok setelah tangannya diperban. Seorang pedagang keliling 'telah menjalani upacara (penyaliban) ini lima kali'. Laki-laki ini berjanji akan menjalani 'penyalibari' sebanyak 10 kali!

Hal ini kedengarannya seperti cerita bohong. Tetapi ada 25.000 saksi mata pada 4 peristiwa penyaliban di satu kota saja. Beberapa 'penyaliban' ini disiarkan 'langsung oleh TV'.

Dunia Kristen telah dikenal mengeksploitasi Yesus untuk mencari uang. Film tentang kehidupan Yesus telah masuk dalam rekor 'Box Office'. Mereka telah mempunyai "Sandiwara Kelahiran" dan "Sandiwara Minggu Suci", mengapa tidak membuat suatu 'Sandiwara Penyaliban?'

Reg Gratton, seorang koresponden Sunday News (lihat hal. 513 samping) telah menyelesaikan masalah "penyaliban" dengan memasukkan tanda kutip. Dia menggunakan kata-kata "penyaliban" dan "penyaliban-penyaliban" lima kali dalam artikelnya dan setiap kali kata ini digunakan maka ia menambahkan tanda kutip. Coba periksa kembali. Dengan kata lain, dia mengatakan bahwa itu "dikatakan penyaliban", penambahan tanda kutip lebih tidak kentara dibanding kata "Dikatakan". Saya tidak menangkap maksudnya pada saat membaca artikel itu pertama kali. Bagaimana dengan Anda?

Anda bisa mencatat bahwa penulis yang lain telah mencegahnya dengan meletakkan kata seperti "Mati", "Telah Mati", dan "mayat" di dalam tanda kutip di halaman 455 dan 456. Sekarang Reg melakukan hal yang sama dengan "penyaliban"! karena kata "crucify = menyalib" telah menempel di tenggorokan setiap misionaris, maka haruskah kita menggunakan kata "crucifiction", cerita penyatiban sebagai penggantinya?

Penyaliban Atau Kisah Penyaliban?
Kita sekarang bisa mengatakan bahwa Pieter Van der Bergh (hal. 454) mengalami proses penyaliban dengan keras dan serius, tetapi dia tidak disalib seperti yang dikabarkan di koran, tetapi, dia dianggap telah disalib.

Lebih jauh, kita bisa katakan bahwa orang-orang Kristen di Philipina tidak melakukan penyaliban, tetapi mereka dianggap telah disalib. Tidak ada pertunjukan seperti yang mereka lakukan di film. Ini adalah kejadian nyata dan hanya kematian sesaat. Oleh karenanya, setiap pertunjukan dengan salib, dimana korban mencoba untuk menyamai apa yang dialami Yesus tetapi tidak benar-benar meninggal di kayu salib, kita bisa menyebutnya dalam terminologi yang tepat:
Crucifict sebagai pengganti Crucify - (verb / kata kerja)
Crucificted sebagai pengganti Crucificed - (verb / kata kerja)
Crucifiction sebagai pengganti Crucifixion - (noun / kata benda)

Penggunaan yang mudah dan simple dari kata-kata yang benar ini akan mematahkan "Salib" orang Kristen yang akan menemukan dirinya berada di Persimpangan Jalan, tidak tahu jalan mana yang harus dipilih. Dan jika kita sering menggunakan kata-kata ini, kita akan segera menemukannya dalam kamus Inggris di dunia ini.

Untuk terakhir, kami telah menerbitkan 350.000 copy untuk memasyarakatkan buku ini. Baca, pelajari dan bagikan untuk teman-teman dan musuh-musuh Anda demi kemenangan kebenaran. Amin.

Ambil yang Terbaik
"Setelah lebih dari 1.000 jam mempelajari ... "Penyaliban" penulis A Campus Crusade menerbitkan The Resurrection Factor (Faktor Kebangkitan kembali) yang menciptakan posisi badan yang lain bagi "Tuhan" dan "Juru Selamatnya"

Sekarang Anda Mempunyai Banyak Pilihan
1. Frogi-fiction seperti yang di.gambarkan di sini (seperti katak).
2. Staki-fiction seperti pada hal. 500 (dengan tiang pancang).
3. Cruci-fiction seperti di hal. 448.

Kata Penutup
Penyaliban Yesus Kristus sebagai satu-satunya faktor penyelamatan umat manusia dari dosa telah lama mengganggu fikiran saya, sejak pertemuan saya dengan murid-murid dan pendeta-pendeta misi Adam ketika saya berumur belasan tahun , Is the Bibble God's Word? (Apakah kitab Injil adalah Firman Tuhan?).

Sebagai orang muda yang mudah dipengaruhi, saya sangat kagum pada cara berbicara mereka dalam meyakinkan orang bahwa penyaliban adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan dan sepertinya menghukum bagi orang-orang yang tidak mempercayainya.

Masalah penyaliban Yesus yang merupakan inti dari seluruh ajaran Kristen menjadi masalah yang serius dalam kajian saya. Saya sangat ingin mengetahui segala sesuatu mengenai hal itu dan mulai mempelajari sumbernya yaitu "Perjanjian Baru".

Secara jujur saya tidak mengharapkan orang bertanya pada saya tentang keyakinan saya sebagai Muslim berkenaan dengan penyaliban. Keyakinan saya adalah keyakinan Qur'an seperti yang dikatakan pada surat 4 ayat 157.

Saya ulangi dengan sungguh-sungguh bahwa kajian mengenai penyaliban dipercayakan pada saya oleh penganut Kristen yang mengaku dermawan dan pemberi selamat. Saya dengan serius menerima perhatian mereka dalam tulus, mempelajari dan meneliti secara objektif dengan menggunakan sumber mereka sendiri. Hasilnya, Anda pasti setuju, sangat mengherankan.

Saya ingin berterima kasih pada ratusan orang Kristen yang telah datang mengetuk pintu rumah saya dan mengetengahkan masalah ini pada saya.
Lanjutan
Selanjutnya, semua ini adalah hasil dari kajian dan riset yang saya lakukan bertahun-tahun dalam hidup saya.
AHMAD DEEDAT O1/O5/1994
----------
6 SUNDAY NEWS, May 3, 1981
DAR-ES-SALAAM

JESUS' FOOTSTEPS
By Reg Gratton

CHURCH Leaders are con-cerned by the increasing number of Filipinos submitting them-selves to Penitential whipping, beating and "crucifixion" in a reeanactment of Christ's suffering on the cross.

Flagellants, beating them-selves or being whipped till they bleed, are a common sight. in Asia's only Roman Catholic country during the holly week On Good Friday, at least seven cases of "crucifixion" were re-ported in the local press.

One of these was Luciana Reyes, a 23-year-old factory worker and the first woman, known to have performed the ritual.

The publicity generated by this year's events and their in-creasing attraction to local and foreign tourists have worried churchmen, some of whom have expressed their distante for the practice.

Jaime Cardinal Sin, Archbishop of Manila and leader of the church here, said he opposed this particular form of mortification and penance be-cause it is conducted publicly and it is possible that the peni-tents are motivated by pride and vainglory.

The church did not encour-age the practice nor could it forbit it he said, because morti-fication of the flesh can be good for the soul. - if the motivation is good.

Forms of penitential mortifi-cation go back through the cen-turies and are deeply rooted in the culture of the Philippines where 75 per cent of the popula-tion are Catholic.

"Flagellation was recorded in the Spanish Era", according to National Museum Assistant Di-rector Alfredo Evangelista. The idea of penance was implanted by them".

Oscar Gruz, Archbishop or Pampanga Diocese, just north of here where most of the crucifix-ions take place, said some fea-tures in the practice were not relegious.

There were "a good number of fanatical elements;' and "crucifixions" had some touristic flavour, he said.
"Crucifixion" where the penitent's hands are nailed to a wooden cross; is a recent addition to penitential custom in the Phil-ippines. The first cases to receive public notice occurred here in the late 1960s.

One reason for its inerease is that the danger of medical complications has been reduced to a minimum, according to Mosignor Teodoro Buhain; Assistant to the Secretary General of the Catho-lic Bishop's Conference of the Phitippines.

The "crucifixions", some shown live on television, have now become the climax of Eas-ter week in the Philippines. In some cases, they attract thou-sands of visitors to provincial towns where the atmosphere is a blend of carnival and deep mour-ning

The ceremony at Bacolor in Pampanga was typical. A proces-sion formed outside ihe town early On Good Friday morning with the flagellants in front followed by three men dragging huge wooden crosses.

When they reached their des-tination - a small church yard away from the centre of town -the flagellants beat their fellow- penitents on the arms and back

A little after midday the penitents were nailed to their crosses and raised up for about a minute.

One man fainted. After being removed from.the cross he had to be carried to a waiting bus. Another was up and smoking a cigarette. as soon as his hands were bandaged.

The group in the procession said they had been members of a criminal gang and wanted "to atone for the bad we did then, and to improve the prosperity of our families."

In the nearby town of San Femando, some 25.000 people, many of them tourists, watched as four men were nailed to Crosses in two separate ceremo-nies.

One of them Mario Bagtas, a 33-year-old vendor, had gone through the ritual for the fifth time and, like the bacolor peni-tents, he promised to return next year.

He said he had vowed to perform the "crucifixions" for 10 years after his wife recovered from cancer.
----------

NB:
Hanya sekedar berbagi pengetahuan, jangan dijadikan sebagai suatu alasan untuk memulai konflik.

0 comments em “Penyaliban atau Sandiwara Penyaliban”

Post a Comment